katarsis

Jakarta, 27 Januari 2006

Adalah hal yang aneh, apabila kita telah mencapai batas kesedihan atau kesakitan yang amat sangat, di satu titik kita tidak bisa merasakan apa2, atau tepatnya kita tidak mempunyai cukup ruang di otak kita untuk mengekspresikan itu. Yang dirasakan malah sebaliknya, seperti orang ingin tertawa sepuas-puasnya, terbahak-bahak, berguling-guling, atau malah diam membatu. Mungkin ini batas antara kenormalan dan kegilaan.

Orang, dalam pilihan yang sadar, mungkin bisa memilih menjadi gila atau tidak. Orang gila adalah orang yang berani dalam satu batasan tertentu, sebab dia menuruti hatinya, gejolak pikirannya dan berani terlepas dari kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Jika ibu kita mati misalnya, adalah hal yang cukup gila misalnya, jika kita malah tertawa berguling-guling di pemakamannya, tapi siapa yang bisa memahami rasa sakit, dan sedih yang telah mencapai batas dan menjadi tidak tertanggungkan, otak menjadi kebingungan dimana menempatkan signal yang selama ini tidak pernah dikenalinya. Orang sering bilang dalam pembicaraan sehari-hari yang kasar dan terbuka bahwa "otak orang itu korslet," Begitulah, kata yang terdengar asal itu mempunyai makna yang cukup ilmiah.

Secara lebih filosofis, kalau bisa dikatakan begitu, manusia dengan bentuk kesadaran yang berbeda dari mahluk-mahluk bertulang belakang lainnya, mempunyai kebutuhan yang mendasar, melebihi kebutuhan makan atau sex, yaitu kebutuhan untuk memaknai. Memaknai apa yang terjadi pada dirinya, pada lingkungan sekitarnya. Memberi makna selain memberikan kepuasan tuntutan dasarnya, juga membuat dia dan dirinya ada. Ada dalam makna yang dirangkaikannya sendiri.

Berbagai kitab suci dijadikan manusia sebagai pegangan untuk memaknai, ada orang-orang yang berani atau frustasi, mencoba lari dari semua kitab suci, dan bertanya – tanya dan mencari-cari sendiri. Kemana akhirnya? Itulah mungkin yang disebut Dante dalam Divine Comedia, pemaknaan saya (yang sudah pasti sangat subjektif) dengan segala kekelamannya tentang hidup sesudah mati dan juga imaginasi nya ttg keindahan surga, Dante mencoba mentertawai hidup manusia. Suatu komedi, yang tragis. Mereka tidak meminta untuk dilahirkan. Dan ada di dunia ini dengan pilihan-pilihan, ada surga dan neraka dalam pilihannya. Menuruti nafsunya atau menahan. Tapi apakah dia,manusia meminta ada dalam kehidupan ini? Lantas kenapa dia dihukum untuk pilihan-pilihannya?

Dalam segala bentuk keimanan, memang ada yang namanya lompatan. Melompat untuk mengimani. Ada orang –orang yang melompat demi menuruti lingkungna sosialnya, dan tentu saja ini amat hipokrit dan pengecut. Ada yang melompat karena menemukan "pencerahan" dalam keimanannya itu. Seseorang menjadi komunis, misalya karena komunis memberinya pencerahan untuk ketiadaan kelas dalam masyarakat. Atau seseorang berjilbab, karena menemukan keleluasan yang sifatnya tidak fisikal, dan disisi lain orang dapat mengimani nudisme, sebab percaya bahwa manusia adalah juga bagian yang natural dari alam dan adalah menolak hal yang alamiah apabila dia berpakaian, atau berhubungan sex dengan perkawinan. Berbagai macam lompatan. Tentu saja lompatan yang paling melegakan untuk semua manusia, adalah lompatan yang jujur.

Apakah ada yang dapat menilai kejujuran? Yang terletak, dan tersembunyi dalam beberapa lapisan hati?

Kembali pada kesedihan atau rasa sakit, mungkin seseorang dapat mengurangi kesedihan dengan mecoba merangkaikan makna-makna. Benar atau tidaknya, saya yakin, kejujuran hatinya yang akan bergetar,seperti radar. Jika dia mengada-adakan makna, atau memang dia menemukannya. Tidak ada yang harus dipaksakan. Biarkan airmata atau tawa, kesedihan mengalir menemukan muara maknanya sendiri. Yang jujur.

Bandung, 25 Mei 2008

Dan Kesedihan itu ternyata tidak selalu berbentuk air mata. Dia bisa berupa rasa mual, batuk yang tidak berhenti-henti atau sesak nafas.
Tapi kehilangan, kematian, semua adalah bagian dari hidup. Ketetapan. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menyerahkan jiwa, raga, pada Sang Pemilik Kehidupan. Berserah diri.


ps: dont hide your tears, vik.. and let the angels amuse you..

0 comments: