Tokyo state of mind*)


it was tokyo in my mind
when I waited for taxi last friday

not the glittering part of Ginza
nor the fancy restaurant,
but a dim part , the silent corner,
near Ueno and Minowa
the street with no name
I waited for taxi there two years ago
and I remember there was no people

Except huge streets
and cars passing by
i just joined a summer dance
in a suburban
where people gathered to celebrate warmest month of the year..
the music was surreal, the dance was nothing near beautiful
it was only two old ladies with Yukata*)
and moving in strangest dance I ever seen
and asking people to make a circle and dance together
i joined the circle
blended myself with the rhythm
they asked me to claps
followed their move, and laughed at my confusion
and me, laughed at myself
i remember a scene in milan kundera's book of laughter and forgetting
when bohemian students gather to make a circle and dance during the rally
and their circle is flying away, they are flying away, way, way out to the sky..
It is Tokyo in my mind
still today, right now
the air, the cloud, the people,
how
can a city made your heart fall, so badly?
especially a megapolitan where humans are so indifference?
where people found killing themselves is, was, way out of honor?
why I retained peace where people killing their souls with machine?
If i can sing like Billy Joel,
I would say "Im in the Tokyo state of mind.. "

*)taken from billy joel song: newyork state of mind
*) yukata= simple kimono for summer
*) the dim picture was picture near minowa, where i stayed the last time i visited Tokyo..
its not exjactly the street where i feel dejavu, but looked like it



Meet God in your litle step

It is not hard to meet Him,
You can meet with His acts, His words
in you everyday
Not in your dream,
Not somewhere in the 7 layers of sky
But in you, in every second of your life

When you swept dry leafs in the yard this morning
Do you recognize it is His language of sacrifice?
He gives everything to you
and only asking you to get pleasure from those
His vision of nature,
Asking the old leaf to die, surrender to the ground,
Let the new life begin

When you feel sad to the atrocities around you,
Even when it is only an ant who killed abruptly?
It is His compassion, His tenderness speaks trough you,
let you understand His vision of love and tender care

When you feel that you are loved?
Or missed?
It is His love around you
He misses you, and loves you
More, more, more, more, more, more…
Than you'll ever wanted to know..

Menemukan Cermin Diri Pada Ajaran Para Wali

Mengenai langkah yang harus dijalani, janganlah kamu berlebihan, hiduplah dengan bersahaja, jangan sombong dalam berbicara, dan jangan berlebihan terhadap sesama manusia. Itulah langkah sempurna yang sejati. Bertapa di gunung atau di gua itu akan menjadikanmu takabur,lakukanlah tapa di tengah ramainya manusia. Milikilah sikap luhur dan maafkanlah orang yang salah. Hanya itulah langkah yang sejati

(Sajarah Wali, Syekh Syarif hidayatullah Sunan Gunang jati, Naskah Mertasinga, Wahjoe: Pustaka, 2005)

Paragraph diatas saya kutipkan dari sebuah naskah kuno Mertasinga yang merupakan pesan yang disampaikan oleh Syekh Ataullah salah satu guru dari Sunan Gunung Jati. Naskah ini diterjemahkan oleh Amman N Wahjoe yang memiliki dokumen ini secara turun menurun dalam keluarganya. Wahjoe membuat babad yang berbahasa jawa-sundan ini dalam bahasa Indonesia dan menjadi satu bacaan berbahasa Indonesia yang banyak menyingkap sejarah tentang para wali di pulau jawa.

Sebenarnya ajaran-ajaran macam ini bertebaran di Indonesia. Bentuknya dapat berupa babad, kawuh, kinanti dan sebagainya. Satu bentuk dokumen yang biasanya hanya dipunyai oleh keturunan yang sifatnya ekslusif dan tidak terdokumentasi dengan baik.

Banyak keluarga di Indonesia ini menyimpan catatan-catatan ataupun tinggalan dari kakek, nenek atau buyutnya. Namun karena ketidakmengertian catatan ini diperlakukan sebagai jimat yang dikeramatkan tanpa dikuak isinya.

Bagi saya pribadi amat menarik untuk mengetahui secara mendalam ajaran-ajaran para wali di pulau jawa ini. Sejak dulu informasi yang saya terima tentang para wali, hanyalah hal-hal yang berisifat sinkretik yang penuh dengan cerita-cerita kegaiban.

Namun semakin saya mencari, yang saya temukan adalah kesederhanaan ajaran mereka yang cukup menyentuh sisi keberagamaan saya. Kalau ditilik dari ajaran-ajarannya para sunan ini tidak hanya sekedar pendakwah, namun mereka mempunyai khazanah sufistik yang cukup mendalam.

Salah satu tanda dari khazanah sufistik yang dimiliki para wali tersebut adalah wisdom (kebijaksanaan). Salah satu contohnya dapat kita rasakan pada ajaran sunan kudus yang sampai saat ini masih diyakini oleh sebagian masyarakat di kota itu, yaitu tidak menyembelih sapi. Saat itu sunan kudus memerintahkan penghormatan terhadap sapi untuk mentoleransi kepercayaan masyarakat Hindu yang hidup di kota itu.

Menurut kisah yang tersebar dalam masyarakat, Sunan ini memulai dakwahnya dengan cara yang sangat unik untuk memancing masyarakat pergi ke masjid mendengarkan dakwahnya. Ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, tumbuh simpatinya. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina".

Selain itu kita dapat juga mempelajari ajaran dari Sunan Bonang yang gemar mecipatakan lagu-lagu rakyat sebagai lahan dakwahnya. Salah satu tembangnya yang cukup populer sampai saat ini, terutama saat dinyantikan kembali oleh Opick “tombo ati” merupakan hasil karyanya. Boleh saya kutipkan disini terjemahan dari syair berbahasa Jawa tersebut : Obat hati ada lima perkara/ yang pertamabaca qur'an dan maknanya/ yang kedua shalat malam dirikanlah/yang ketiga berkumpulah dengan orang saleh/yang keempat perbanyaklah berpuasa/yang kelima dzikir malam perpanjanglah/siapa yang bisa melakukan salah satunya /semoga Tuhan memberikan penyembuhnya

Salah satu sunan yang cukup unik pendekatannya dan cukup akrab dengan budaya lokal adalah Sunan kalijaga. Wali yang satu ini menggunakan pendekatan budaya untuk mendekati masyarakat Hindu Budha pada jamannya. Salah satu peninggalan beliau yang cukup dikenal oleh masyarakat Jawa adalah kisah pewayangan Dewa ruci.

Kisah tentang Bima yang bertemu dngan dewa ruci yang berwujud sama dengan dirinya menyimbolkan pertemuan manusia dengan jiwanya sendiri. Kisah Dewa Ruci merupakan satu simbol khazanah kesufian yang melihat bahwa tiap-tiap manusia harus bertemu dengan jiwanya sendiri untuk mengetahui laku sejati dalam hidupnya. Sayangnya saat ini banyak orang Jawa menggunakan pementasan wayang Dewa Ruci ini untuk ritual “ruwatan” tanpa mengetahui pesan sesungguhnya dari kisah tersebut.

Yang cukup ajaib buat saya juga adalah fakta sejarah bahwa para wali itu sebagian besar adalah orang-orang asing. Menurut buku yang ditulis oleh Sudirman Tebba, “Mengenal Wajah Islam yang ramah” (Pustaka Irvan, 2007) dan juga Sajarah Wali dalam Naskah Mertasinga, para wali kebanyakan berasal dari tanah arab dan Campa.

Syekh Syarif Hidayatullah sendiri serta Sunan Kudus mempunyai berdarah arab . Wali-wali yang lain seperti Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Bonang yang mempunyai hubungan kekeluargaan satu sama lain, merupakan keturunan dari Campa, perdebatan sering merujuk Campa sebagai salah satu daerah di Kamboja.

Kenyataan bahwa orang-orang asing khusus datang dan berkumpul ke pulau Jawa untuk menyebarkan dakwah Islam, adalah hal yang cukup menarik untuk diselami. Mengapa mereka datang ke pulau jawa? Dan lebih hebatnya lagi mengapa mereka yang berdarah asing itu dapat membumikan nilai-nilai Islam sesuai dengan nilai lokal atau lebih tepatnya “berdakwah dengan “bahasa” kaumnya?

Ini adalah misteri yang membutuhkan studi yang panjang, namun dengan khazanah sufistiknya yang unik para wali mengajarkan nenek moyang saya untuk menyembah Tuhan dengan keberserahdirian yang sederhana.

Sayangnya esensi dari ajaran para wali ini terlupakan saat ini. Banyak orang di Indonesia mencoba mencari refleksi keagamaannya ke luar dan bukan pada dirinya sendiri. Gerakan pan Islamisme tahun 80-an agaknya banyak membuat perubahan dalam berislamnya orang Indonesia.

Faham-faham yang serba keras, pure berwajah syariah tanpa percikan kebijakan membuat Islam difahami dengan perspektif yang amat berbeda pada generasi – generasi muda Islam Indonesia yang ada saat ini.

Gerakan – gerakan Islam yang banyak merupakan turunan dari organisasi Islam dari mesir atau saudi Arabia, membuat banyak orang terasing dari sejarah keberagamaannya sendiri. Aliran garis keras ini pun direaksi dengan gerakan keIslaman yang liberal yang mencoba memasukkan Islam mempunyai logika berfikirnya sendiri yang transenden, dalam frame ilmiah barat yang sifatnya materialistik.

Saya tidak menemukan wajah Islam yang diyakini oleh nurani saya pada dua sisi ekstrim tersebut. Namun saya menemukan ketersambungan akar keyakinan saya tentang bagaimana seharusnya “beragama Islam” dalam ajaran para wali .

Sekarang, disaat Islam didentikan dengan terorisme dan kekerasan, Indonesia sering ditoleh oleh barat sebagai anti thesa bahwa Islam adalah wujud dari kedamaian dan toleransi. Menurut saya sudah saatnya untuk menggali dan mencoba menemukan inti dari warisan ajaran-ajaran para wali, sehingga kita bisa menemukan keunikan sejarah keberagamaan kita sendiri dan menyebarkan pada dunia, wajah Islam yang sebenarnya sebagai Rahmat sekalian alam.

lost

we try to steal face of God
in every words, in every gaze
we are deceived,
hunger,
thirst,
lost
in this layers of illusions
questions
searching for His Beauty
plunge
in the same hole
again.
who can answer this longing?
Who will?

second step: clear my head


Even im a journalist for 9 years, i do not hold on physical evidence to judge things in my life. Im dwelling in dreams. imaginations. massive logic. emotions. I react spontaneously. Sometimes, signs, dreams, feeling, tendency, speak when it becomes reality. I just let it slides.

But living like that for almost your whole life, its like a mess.
Its like you don't clean your desk for whole couple of years. You just take what presented in front of you, and react. you dont know anything, but make certain perception and take action. i think it is time to bring a little bit of journalism sense into my life.

I have to stand on a clear logic to explain things
I have to continue to redefine everything, i will not let myself dwelling in anything, I will clear my head. And hopefully, You, My Lord, will in and show me the real things.